Pelajaran Baru dari Kepala Sekolah  (part 2)


        Saat pelajaran memanjat dimulai, Cici langsung menunjukan kebolehannya dalam memanjat. Sang guru pun langsung memuji kehebatan Cici. Lama- kelamaan, Cici jadi sombong dan berteman dengan Ceci kalau ada maunya saja (dateng pas butuh doang...digituin sakit lho gengs...). Makin frustasilah Ceci karena sikap temannya itu. 

         Ceci pun menangis tersedu-sedu saat pulang sekolah. Kepala sekolah kebetulan berjalan melewati Ceci. Kepala sekolah langsung sigap menenangkan Ceci dan bertanya mengapa ia menangis. 
Ceci : “Ini semua gara-gara Ibu bikin pelajaran memanjat.”
Kepala sekolah : “Lah? Bukannya pelajaran memanjat seru ? Semua murid suka pelajaran itu.”
Ikan : “Apakah ibu melihat kaki dan tangan di tubuh saya ? Saya mana bisa memanjat, Bu ?”

Ibu kepala sekolah hanya diam termenung dan baru menyadari kalau tidak semua murid punya potensi yang sama. Ia tidak bisa memaksakan tiap murid untuk dapat menguasai semua mata pelajaran. 

The end. 



        Seekor ikan tidak akan dapat memanjat, begitulah di kehidupan nyata. Ada yang berbakat di musik, tari, vokal, pelajaran akademi. Oleh karena itu, guru tidak bisa memaksakan semua anak untuk dapat menggambar. Dari cerpen diatas, gw pengen bilang ke tiap orang tua yang memarahi anaknya bila ada nilai yang jelek. Tiap anak punya potensi di bidang yang berbeda. Anak yang bercita-cita sebagai arsitek perlu pelajaran matematika, sedangkan anak yang bercita-cita sebagai sutradara film belum tentu membutuhkannya. 

Komentar

Postingan Populer